Kembali ke Fitrah

Selang menjelang Ramadhan lalu, aparat dan petugas trantib di Jakarta dan berbagai daerah sibuk memburu Pekerja Seks Komersial (PSK). mereka di giring dan di paksa untuk menghentikan kegiatan (pekerjaan) haramnya, khusus di bulan Ramadhan. Di Yogya, belasan penjaja seks di ciduk. Di Surabaya, sebanyak 425 PSK dan mucikarinya mendapat pembinaan mental. Di Kediri, polisi hanya berhasil merazia tiga pelacur, karena rencana operasi keburu bocor. Di Jambi aparat pemda setempat menggerebek sejumlah wisma dan hotel kelas melati yang di huni banyak pelacur. Dari Manado, polisi merazia sejumlah wisma dan hotel yang di anggap tak mengindahkan imbauan untuk menghentikan praktik prostitusi selama Ramadhan. Di Semarang, puluhan PSK tanpa identitas di jaring.

Razia PSK di hotel melati atau tempat hiburan

Tak hanya melibas penjaja syahwat. Aparat pun rajin merazia tempat-tempat hiburan (bar dan diskotik), termasuk perjudian, yang melanggar ketentuan buka di bulan suci. Sayangnya, tempat-tempat judi yang di grebek adalah yang kelas teri. Para bos dan dalang judi paling besar di republik ini tetap aman menjalankan praktik bisnis hitamnya. Apapun, yang jelas sebenarnya kita mengakui bahwa tempat-tempat hiburan, lokalisasi judi dan WTS, adalah tempat dan pekerjaan mungkar dan maksiat yang harus di basmi. Tetati mengapa hanya untuk bulan Ramadhan?

Di bulan selain Ramadhan, PSK dan judi di tempat-tempat tertentu di lokalisasi. Dengan kata lain, pemerintah telah memberikan legitimasi terhadap kegiatan dan perbuatan yang jelas-jelas mungkar dan maksiat. Inilah salah satu sebab yang membuat negeri ini kian berantakan. Kemungkaran dan kemaksiatan bukan sekedar di biarkan tapi bahkan di legitimasi. Sesaat, khusus Ramadhan, di tutup meskipun tak sedikit yang bandel, setelah itu maksiat lagi.

Fenomena di atas sekian lama telah melanda negeri kita. Para PSK punya dalih ekonomi, untuk mengidupi dirinya dan keluarga, meskipun tak sedikit yang melakukan pekerjaan terkutuk itu lantaran enjoy. Sementara "pengusaha maksiat" berani mengembangkan bisnis haramnya karena di dukung dan di lindungi. Judi, seks, narkoba, adalah di antara jenis bisnis yang menyelimuti negeri kita.

Sejenak pula kita teropong episode cerita di atas. Kita berharap, pembasmian kemungkaran dan kemaksiatan tersebut berlanjut pasca Ramadhan. Tetapi seperti tahun-tahun lalu, itu mustahil terjadi, karena ketentuan menutup tempat dan bisnis maksiat hanya berlaku di bulan Ramadhan. Syawal yang berarti bulan peningkatan setelah melakukan latihan di bulan Ramadhan, nyatanya jadi bulan penurunan. Tempat-tempat hiburan dan bisnis maksiat kembali ke fitrah yang tidak sebenarnya.

Idul Fitri tiba. Semangat kembali ke fitrah yang sesungguhnya sangat sukar bagi para penentang sang Khaliq, pencipta fitrah manusia. Karena itulah, ba'da Ramadhan banyak orang yang merasa "merdeka". Semoga kita tak termasuk di dalamnya, yakni orang-orang yang menentang fitrah-Nya.

M.U. Salman

Comments